A. Survive from 7G and 8G to
9A
Hari
pertama masuk sekolah negeri favorit setelah MOS pada SMP adalah hal yang
menyenangkan dan membanggakan karena bisa masuk sekolah negeri sesuai dengan
harapanku dan orangtuaku.Saat itu aku masuk di urutan kelas yang hampir paling
belakang, yaitu kelas 7G. Setelah sadar, ternyata urutan kelas tersebut, adalah
urutan yang agak terakhir sebelum kelas 7H (di sekolah SMPN tempat dimana aku
sekolah dulu, terdapat sistem pengelompokan dan pembagian siswa-siswanya ke
dalam urutan kelas mulai kelas A sampai H). Mekipun begitu, aku sangat bersyukur
saat kelas 7G dulu, alhamdulilah saya selalu masuk dalam ranking 10 besar.
Dan
saat kelas 8, meskipun saya ranking dikelas sebelumnya, ternyata tidak ada
peningkatan urutan ke kelas yang lain. Kecewa sih tidak, tapi saya tidak
sependapat dengan sistem yang diterapkan, karena secara tidak langsung
ditakutkan guru bisa-bisa menspesialkan suatu kelas tertentu saja, dan enggan
untuk maksimal dalam mengajar kelas yang lain.
Saya
mengalamai kesulitan waktu kelas 8, yaitu meskipun telah berusaha semaksimal
yang aku bisa, rasanya kenapa susah sekali menggapai ranking yang pertama,
padahal (alhamdulilah) nilaiku termasuk tinggi, entahlah kenapa kok bisa
begitu, tapi meskipun demikian, aku tetap berpikir positif dan tidak menyerahlah,
mungkin Allah SWT memiliki rencana lain yang lebih indah.
Dan
akhirnya, pada kenaikan kelas dari kelas 8 ke kelas 9, hal yang mengejutkan
terjadi, setelah rapot kenaikan dibagikan, ternyata ada pengumuman. Kemudian
aku membaca pengumuman tersebut di papan penguman yang tertera,. Ternyata
pengumunan tersebut adalah pembagian kelas sesuai urutan yang telah aku
ceritakan tadi. Aku mulai mencari namaku kali ini lain daripada biasanya, bukan
dari urutan kelas yang “teristimewa” yaitu kelas A, melainkan di urutan yang
paling akhir yaitu di kelas H karena agak pesimis dan untuk mencegah hal-hal
yang terburuk, dan ternyata namaku tidak tercantum di kelas itu. Kemudian
berlanjut ke kelas G, barangkali aq masih tetap waktu kelas 8 dahulu, tapi
ternyata namaku masih belum muncul juga. Sampai pencarian di daftar nama kelas
E pun belum ketemu juga, tapi ditengah-tengah pencarian, tiba-tiba sahabatku
memanggilku dan dia bilang kalau aku masuk kelas A. Aku sama sekali tidak
percaya, bahkan aku punya pikiran kalau mungkin dia salah liat. Langsung aja
dia menarikku ke daftar nama kelas A, dan ternyata benar, namaku memang
tercantum di kelas itu. Alhamdulilah.
Tentu bangga,bersyukur dan makin semangat bisa masuk di
kelas yang kata teman-temanku menyebutnya kelas yang “istimewa” itu. Seiring
waktu berjalan, muncul rasa kekhawatiran saat di kelas, ternyata aku baru
menyadari kalau saingan dikelas itu tidak bisa dianggap remeh. Setelah UTS
(Ulangan Tengah Semester) akhirnya bisa “menceritakan” dan menunjukkan hasil
belajarku di kelas itu, dari hasil UTS itu, aku tidak berhasil masuk ranking 10
besar lagi. Sedih sih, setelah sadar kalau teman-teman sekelasku itu saingan
berat, karena mereka adalah istilahnya “siswa pilihan” yang mempunyai nilai
yang tinggi di kelas 8 sebelumnya, tapi meskipun begitu, teman-temanku masih
tetap mau sharing dan mengajari teman yang lain. Dan hingga UAS pun, di kelas
itu aku hanya mampu berada di urutan ke 30 dari 40an siswa.
Tapi dari situ aku makin tidak setuju tentang istilahnya
“pengelompokan siswa berdasarkan tingkat nilai tertinggi” karena: 1. secara
tidak langsung, siswa yang berada
diurutan kelas H akan merasa minder, 2. guru-guru mungkin juga akan lebih
memilih untuk mengajar di kelas “yang teristimewa” itu daripada mengajar di
kelas urutan terakhir.
Dan
dari pengalaman itu aku belajar pengalaman berharga bahwa apabila kita meraih
apa yang memang kita cita-citakan, bersyukurlah, tapi jangan berpuas hati
dahulu tetap teruslah belajar lagi agar memperoleh yang lebih dari sekedar
cita-cita dan juga jangan sampai ada rasa kesombongan walau secuilpun dalam
diri kita, buanglah kesombongan itu karena “di atas langit masih ada langit”
yang artinya masih banyak orang yang memiliki kemampuan lebih dari kita, namun
apabila kita telah mencapai kesuksesan, tetap pegang teguh ingatlah siapa kita
hidup di bumi yang luas ini dan apa jadinya kalau tidak ada orang-orang yang
bersedia ada menolong dan membantu kita dalam menggapai kesuksesan itu.
B. Kekonyolanku saat
masih SMP
Dulu,
saya termasuk tipe anak yang biasa-biasa saja, bukan termasuk anak-anak
populer. Yang selalu berangkat sekolah tiap hari bangun jam 04.30 demi mengejar
waktu agar gak ketinggalan mobil antar jemput, tapi pulang selalu urutan
terakhir diantarkanya. Yap, mungkin kebanyakan orang berpikir enak banget naik
antar jemput, gak perlu panas-panasan naik kendaraan umum. Namun menurut saya,
justru kebalikannya, perjalanan serasa lama sekali dan membosankan karena rumah
saya termasuk jauh dari sekolah, jadi dijemput agak pertama dan pulang malah
terakhir.
Pernah
suatu ketika aku memutuskan tidak ikut antar jemput lagi, jadi datang dan pulang
harus dengan naik bemo (angkutan umum di Surabaya) sendiri. Saat pulang dengan naik
bemo untuk pertama kalinya, malah kesasar sampai di terminal yang bukan
pemberhetian bemo seharusnya berhenti, karena kebingan sampai-sampai yang aku bisa
malah cuman nangis (emang dengan nangis bisa langsung neleport langsung ke
rumah ??? -_-‘), tapi beruntung pak sopir bemo yang baik hati tersebut
mengoperkanku ke bemo lain sesuai di terminal pemberhentianku secara gratis. Yah,
tak doain pak sopir bemo itu di beri rejeki yang melilmpah setiap hari deh,
amin 0:-), dari kejadian itu sampai sekarang orang tuaku menyarankanku untuk
tidak naik bemo lagi agar tidak kesasar, dan sejak kejadian itu juga tiap ada
bemo merah yang aku naiki saat pulang sekolah dulu orang tua dan adek-adekku selalu menyindirku
dengan mengingatkanku pada kejadian “memilukan” itu -_-‘.
Lalu
ada lagi ketika pulang sekolah malah kejar-kejaran sama temanku, dikejarnya
karena temenku itu tadi saking gemesnya ngeliat aku terus dia tiba-tiba nyium
pipiku dan aku pun lari sekuat tenaga menghindarinya (gak jelas banget punya
temen sesotoy dia).
Seperti yang aku ceritakan tadi, karena aku anak yang
biasa-biasa saja, perasaan ada kejadian-kejadian yang kualami dulu saat SMP
juga biasa-biasa saja juga. Soal asmara sih, dulu aku cuman naksir temen
sekelas, tapi boro-boro dia ngerespon, eh dianya malah benci dan sebel banget
kalau ngeliat aku gara-gara sahabat ku tiba-tiba comber dan bilang ke dia kalau
aku naksir dia (padahal sekalipun aku gak pernah nyuruh dan padahal aku
naksirnya cuman sekedar kagum aja dan bukan naksir yang terlalu agresif atau
yang gimana gitu lah, nasib deh -_-‘) temenku yang sotoy nambah 1 lagi deh.Tapi
aku sih pasrah aja,soal kayak gitu aku memang gak jago, dan gak nganggepnya penting
sih, tapi yah bersyukur aja di pelajaran bisa sukses menggapai ranking meski
bukan ranking pertama. Segitu aja deh cerita kilas balikku saat SMPku dulu,
maaf kalu ada kesalahan kata-kata. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar