Rabu, 24 April 2013

Part 4 : Dulu , ketika masih SMP :


A. Survive from 7G and 8G to 9A

Hari pertama masuk sekolah negeri favorit setelah MOS pada SMP adalah hal yang menyenangkan dan membanggakan karena bisa masuk sekolah negeri sesuai dengan harapanku dan orangtuaku.Saat itu aku masuk di urutan kelas yang hampir paling belakang, yaitu kelas 7G. Setelah sadar, ternyata urutan kelas tersebut, adalah urutan yang agak terakhir sebelum kelas 7H (di sekolah SMPN tempat dimana aku sekolah dulu, terdapat sistem pengelompokan dan pembagian siswa-siswanya ke dalam urutan kelas mulai kelas A sampai H). Mekipun begitu, aku sangat bersyukur saat kelas 7G dulu, alhamdulilah saya selalu masuk dalam ranking 10 besar.
Dan saat kelas 8, meskipun saya ranking dikelas sebelumnya, ternyata tidak ada peningkatan urutan ke kelas yang lain. Kecewa sih tidak, tapi saya tidak sependapat dengan sistem yang diterapkan, karena secara tidak langsung ditakutkan guru bisa-bisa menspesialkan suatu kelas tertentu saja, dan enggan untuk maksimal dalam mengajar kelas yang lain.
Saya mengalamai kesulitan waktu kelas 8, yaitu meskipun telah berusaha semaksimal yang aku bisa, rasanya kenapa susah sekali menggapai ranking yang pertama, padahal (alhamdulilah) nilaiku termasuk tinggi, entahlah kenapa kok bisa begitu, tapi meskipun demikian, aku tetap berpikir positif dan tidak menyerahlah, mungkin Allah SWT memiliki rencana lain yang lebih indah.
Dan akhirnya, pada kenaikan kelas dari kelas 8 ke kelas 9, hal yang mengejutkan terjadi, setelah rapot kenaikan dibagikan, ternyata ada pengumuman. Kemudian aku membaca pengumuman tersebut di papan penguman yang tertera,. Ternyata pengumunan tersebut adalah pembagian kelas sesuai urutan yang telah aku ceritakan tadi. Aku mulai mencari namaku kali ini lain daripada biasanya, bukan dari urutan kelas yang “teristimewa” yaitu kelas A, melainkan di urutan yang paling akhir yaitu di kelas H karena agak pesimis dan untuk mencegah hal-hal yang terburuk, dan ternyata namaku tidak tercantum di kelas itu. Kemudian berlanjut ke kelas G, barangkali aq masih tetap waktu kelas 8 dahulu, tapi ternyata namaku masih belum muncul juga. Sampai pencarian di daftar nama kelas E pun belum ketemu juga, tapi ditengah-tengah pencarian, tiba-tiba sahabatku memanggilku dan dia bilang kalau aku masuk kelas A. Aku sama sekali tidak percaya, bahkan aku punya pikiran kalau mungkin dia salah liat. Langsung aja dia menarikku ke daftar nama kelas A, dan ternyata benar, namaku memang tercantum di kelas itu. Alhamdulilah.
            Tentu bangga,bersyukur dan makin semangat bisa masuk di kelas yang kata teman-temanku menyebutnya kelas yang “istimewa” itu. Seiring waktu berjalan, muncul rasa kekhawatiran saat di kelas, ternyata aku baru menyadari kalau saingan dikelas itu tidak bisa dianggap remeh. Setelah UTS (Ulangan Tengah Semester) akhirnya bisa “menceritakan” dan menunjukkan hasil belajarku di kelas itu, dari hasil UTS itu, aku tidak berhasil masuk ranking 10 besar lagi. Sedih sih, setelah sadar kalau teman-teman sekelasku itu saingan berat, karena mereka adalah istilahnya “siswa pilihan” yang mempunyai nilai yang tinggi di kelas 8 sebelumnya, tapi meskipun begitu, teman-temanku masih tetap mau sharing dan mengajari teman yang lain. Dan hingga UAS pun, di kelas itu aku hanya mampu berada di urutan ke 30 dari 40an siswa.
            Tapi dari situ aku makin tidak setuju tentang istilahnya “pengelompokan siswa berdasarkan tingkat nilai tertinggi” karena: 1. secara tidak langsung,  siswa yang berada diurutan kelas H akan merasa minder, 2. guru-guru mungkin juga akan lebih memilih untuk mengajar di kelas “yang teristimewa” itu daripada mengajar di kelas urutan terakhir.
Dan dari pengalaman itu aku belajar pengalaman berharga bahwa apabila kita meraih apa yang memang kita cita-citakan, bersyukurlah, tapi jangan berpuas hati dahulu tetap teruslah belajar lagi agar memperoleh yang lebih dari sekedar cita-cita dan juga jangan sampai ada rasa kesombongan walau secuilpun dalam diri kita, buanglah kesombongan itu karena “di atas langit masih ada langit” yang artinya masih banyak orang yang memiliki kemampuan lebih dari kita, namun apabila kita telah mencapai kesuksesan, tetap pegang teguh ingatlah siapa kita hidup di bumi yang luas ini dan apa jadinya kalau tidak ada orang-orang yang bersedia ada menolong dan membantu kita dalam menggapai kesuksesan itu.

B. Kekonyolanku  saat  masih SMP

Dulu, saya termasuk tipe anak yang biasa-biasa saja, bukan termasuk anak-anak populer. Yang selalu berangkat sekolah tiap hari bangun jam 04.30 demi mengejar waktu agar gak ketinggalan mobil antar jemput, tapi pulang selalu urutan terakhir diantarkanya. Yap, mungkin kebanyakan orang berpikir enak banget naik antar jemput, gak perlu panas-panasan naik kendaraan umum. Namun menurut saya, justru kebalikannya, perjalanan serasa lama sekali dan membosankan karena rumah saya termasuk jauh dari sekolah, jadi dijemput agak pertama dan pulang malah terakhir.
Pernah suatu ketika aku memutuskan tidak ikut antar jemput lagi, jadi datang dan pulang harus dengan naik bemo (angkutan umum di Surabaya) sendiri. Saat pulang dengan naik bemo untuk pertama kalinya, malah kesasar sampai di terminal yang bukan pemberhetian bemo seharusnya berhenti, karena kebingan sampai-sampai yang aku bisa malah cuman nangis (emang dengan nangis bisa langsung neleport langsung ke rumah ??? -_-‘), tapi beruntung pak sopir bemo yang baik hati tersebut mengoperkanku ke bemo lain sesuai di terminal pemberhentianku secara gratis. Yah, tak doain pak sopir bemo itu di beri rejeki yang melilmpah setiap hari deh, amin 0:-), dari kejadian itu sampai sekarang orang tuaku menyarankanku untuk tidak naik bemo lagi agar tidak kesasar, dan sejak kejadian itu juga tiap ada bemo merah yang aku naiki saat pulang sekolah dulu  orang tua dan adek-adekku selalu menyindirku dengan mengingatkanku pada kejadian “memilukan” itu -_-‘.
Lalu ada lagi ketika pulang sekolah malah kejar-kejaran sama temanku, dikejarnya karena temenku itu tadi saking gemesnya ngeliat aku terus dia tiba-tiba nyium pipiku dan aku pun lari sekuat tenaga menghindarinya (gak jelas banget punya temen sesotoy dia).
            Seperti yang aku ceritakan tadi, karena aku anak yang biasa-biasa saja, perasaan ada kejadian-kejadian yang kualami dulu saat SMP juga biasa-biasa saja juga. Soal asmara sih, dulu aku cuman naksir temen sekelas, tapi boro-boro dia ngerespon, eh dianya malah benci dan sebel banget kalau ngeliat aku gara-gara sahabat ku tiba-tiba comber dan bilang ke dia kalau aku naksir dia (padahal sekalipun aku gak pernah nyuruh dan padahal aku naksirnya cuman sekedar kagum aja dan bukan naksir yang terlalu agresif atau yang gimana gitu lah, nasib deh -_-‘) temenku yang sotoy nambah 1 lagi deh.Tapi aku sih pasrah aja,soal kayak gitu aku memang gak jago, dan gak nganggepnya penting sih, tapi yah bersyukur aja di pelajaran bisa sukses menggapai ranking meski bukan ranking pertama. Segitu aja deh cerita kilas balikku saat SMPku dulu, maaf kalu ada kesalahan kata-kata. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar